Thanks for visiting my blog !



Rabu, 29 Juni 2011

Aku Mulai Mengerti Mereka


Memasuki bulan ketiga aku mulai terbiasa mengajar di dua kelas dengan menggunakan satu RPP yang sama namun dengan cara mengajar yang sedikit bervariasi. Saya menemukan bahwa mereka semuanya adalah anak-anak yang manis.  Namun karena umur mereka lah yang mempengaruhi tingkah laku mereka.
            Setelah masuk ke kelas mereka selama dua bulan  saya telah banyak memahami apa yang mereka mau, apa yang mereka butuhkan, apa yang dapat menghentikan keributan mereka, apa yang membuat mereka lalai dan masih banyak yang lainnya. Itu semua tidak mudah untuk dipahami jika kita masih berfikir sebagai orang dewasa, kita harus mencoba berfikir seperti mereka. Saya juga masih belum bisa dikatakan telah berhasil, setidaknya saya tahu apa yang dapat saya lakukan.
          
Saya sering  menunjukkan muka brimob hanya untuk menasehati menegur mereka ketika mereka membuat kesalahan. Hal itu saya lakukan untuk mengajari mereka tentang hal yang benar sehingga mereka tidak akan mengulanginya lagi.
             Ketika belajar saya sering menjumpai ada anak didik yang selalu lalai dengan khayalannya sehingga tidak mendengar apa yang saya katakan. Mereka sebenarnya tidak berniat melakukannya sehingga apabila saya marah kepada mereka, mereka akan tahu alasan mengapa saya menegur mereka seperti itu.
            Saya sudah mengerti mereka sehingga dalam penyusunan RPP saya selalu berusaha mencari cara yang mereka senangi seperti pada suatu hari di bulan ketiga aku mengajar di sekolah itu aku mengajarkan mereka tentang descriptive teks. Saya mempersiapkan banyak alat-alat dan gambar untuk dapat dijelaskan kepada mereka. Setelah membuka pelajaran dan menanyakan keadaan siswa aku mulai mengeluarkan alat-alat seperti stappler, kotak, pisau, sendok, dan lain sebagainya serta gambar-gambar seperti gambar ruangan, makanan, da lain sebagainya. Satu persatu saya ambil bahan yang saya bawa sambil menyembunyikannya dari anak didik dan mulai mengambarkan atau mendeskripsikan benda apa atau gambar apa yang sedang saya pegang. Setelah itu saya memberikan apresiasi berupa hadiah permen dan coklat untuk para murid yang dapat menjawabnya. Hal  ini adalah salah satu motivasi yang saya berikan agar mereka tahu apa yang akan mereka pelajari . Ini juga menjadi lebih memudahkan saya untuk memberikan materi yang selanjutnya.
            Bagi saya mengajar itu tidak sulit apabila kita sudah dapat menguasai kelas karena sehebat, sepintar atau sekreatif apapun seorang guru membuat rencana pembelajaran dan metode mengajar jika siswa belum bisa dikuasai maka apa yang ia lakukan hanyalah sia-sia belaka. Oleh karena itu saya sering memarahi siswa atau bersikap kejam kepada mereka di waktu-waktu tertentu ketika mereka membuat suatu kesalahan seperti ribut di kelas, mengganggu kawannya, jalan kesana kemari di dalam kelas, dan lain sebagainya. Walaupun begitu dalam mengajar saya tidak melulu marah-marah. Saya lebih sering membuat lelucon-lelucon sehingga dapat menyemangati mereka untuk belajar lebih giat lagi. Sehingga pernah saya mendengar komentar anak didik saya tentang saya ”ibu itu cerewet tapi lucu”. Banyak juga yang mengatakan kepada saya bahwa mereka suka saya mengajar di kelas mereka karena selalu ada permainan yang membuat kelas menjadi hidup dan menyenangkan. Secaara tidak langsung komentar-komentar itu membuat saya lebih semangat untuk lebih banyak berkreasi dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas saya yang berikutnya.

ADA - ADA SAJA

Saya  adalah mahasiswa FKIP Bahasa Inggris semester 8 yang sedang menjalankan mata kuliah yaitu Program Pengalaman Lapangan di salah satu sekolah menengah pertama di Aceh Besar. Yaitu SMP Negeri 2 Darul Imarah. Ini adalah pertama kalinya saya mengajar di sekolah berperan menjadi seorang guru untuk menghadapi berbagai macam manusia.
Sebelum menjalankan program ini saya sempat mendengar dari kakak-kakak letting bahwa melakukan Praktek Pengalaman Lapangan itu sangat capai, menguras otak dan energi dan sangat tidak enak. Kira-kira itulah kesimpulan yang dapat  saya ambil dari cerita mereka. Mereka mengalami banyak hal yang tidak menyenangkan di sekolah, bahkan banyak diantara mereka yang menangis karena dikerjai muridnya atau yang lebih parah lagi mereka kehilangan berat badan mereka karena terserang stres. Tapi alhamdulillah itu tidak terjadi padaku.
Di awal –awal praktek ini ada terbesit di fikiranku “akankah aku akan berakhir seperti kakak letingku?” .namun aku optimis bahwa aku tidak akan seperti mereka. Kemudian aku mulai beradaptasi dengan guru-guru dan murid-murid di tempat aku PPL. Aku tidak merasakan hal yang tidak menyenangkan. Kebetulan aku mendapat jatah mengajar dua kelas yaitu di kelas VII D dan VII B.
            Aku mulai mengenal anak didikku mulai dari kebiasaannya di kelas, karakter mereka bahkan latar belakang mereka. Aku sangat senang dapat mempelajari mereka,mengetahui hal-hal tentang mereka karena aku banyak belajar dari itu. Karena ketiga hal tersebut mempengaruhi proses belajar mereka.
            Pertama-tama aku mengajarkan kedua kelas tersebut dengan metode dan  evaluasi yang sama d kedua kelas tersebut, namun aku menemukan perbedaan yang sangat signifikan.

Hari senin adalah jadwal aku mengajar di kelas VII D dan VII B yaitu pada jam pelajaran ke 4 dan 5 di kelas VII D dan jam pelajaran 6 dan 7 di kelas VII B. Kedua kelas ini adalah kelas biasa. Saat itu aku membawakan materi tentang ekspresi meminta dan memberi jasa. Lantas saya hanya membuat satu RPP dengan metode yang sama yaitu communicative approach. Setelah selesai menjelaskan ekspresi apa saja yang harus dipakai untuk meminta dan memberi jasa, saya memberikan suatu role play kepada mereka sehingga mereka akan membuat suatu dialog seperti yang saya contohkan untuk kemudian mereka presentasikan ke depan kelas bersama teman sebangku. Di kelas VII D mereka dapat memahami dengan mudah apa yang saya sampaikan sehingga mereka telah dapat membentuk suatu dialog dengan melihat contoh ynag saya berikan. Lalu mereka mempraktekkan dialog tersebut ke depan kelas secara bergiliran. Namun ketika saya masuk ke kelas VII B dan mengajarkan metode yang sama dengan role play yang sama, mereka tidak dapat menangkap apa yang saya berikan dan tidak dapat membentuk suatu dialog, hanya satu atau dua orang yang melakukannya.
Kemudian saya berfikir keras untuk mencari solusi masalah ini. Pertemuan selanjutnya saya membuat RPP yang sama tapi dengan cara penyampaian yang berbeda serta media evaluasi yang berbeda juga. Atau kadang-kadang saya memberikan games yang berhubungan dengan pelajaran yang saya ajarkan saat itu sehingga kedua kelas tersebut dapat mencernanya dengan baik.
Walau begitu saya mengalami banyak kendala menghadapi siswa. Setiap siswa memepunyai kapasitas berbeda. Walupun saya telah menemukan bahwa materi yang saya sampaikan dapat diterima oleh mereka melalui permainan –permainan yang saya berikan terkadang permainan juga tidak berhasil untuk membuat mereka memperhatikan ketika saya berbicara di depan kelas. Saya merasa sangat lelah ketika anak-anak menjadi ribut dan tidak memperhatikan apa yang saya katakan. Ini benar-benar melelahkan karena ketika saya memberikan soal, mulailah mereka bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka mengerti. Namun, sebagai seorang guru saya pantang menyerah. Itulah pentingnya pengamatan terlebih dahulu. Setelah mengetahui apa-apa saja yang mereka biasa lakukan maka saya memilih jalan memasang muka brimob, maksudnya saya kadang-kadang menegur atau memarahi mereka jika mereka sedang lalai dalam belajar. Selain itu juga banyak lagi yang timbul jika saya sedikit saja lalai terhadap anak-anak.

Kamis, 13 Januari 2011

My Opinion


Be a leader??? It’s not easy
Leader atau yang dalam Bahasa Indonesia berarti pemimpin merupakan suatu jabatan yang tidak gampang untuk diraih dan tidak gampang untuk dilaksanakan. Aku sangat setuju dengan pernyataan bahwa jadi pemimpin itu tidak sama seperti membalikkan telapak tangan. Untuk jadi pemimpin bukan hanya harus orang yang disegani atau orang yang mempunyai intelektual tinggi.
Lalu bagaimanakah seharusnya pemimpin itu???
Menurut pengalamanku yang tak seberapa, jadi peminpin haruslah MAMPU. Mampu menjadi yang disegani, mampu mempengaruhi orang agar melakukan sesuatu, mampu mengatasi masalah dengan bijak, mampu berbicara dengan tegas di depan seluruh anggotanya, dan mampu mengambil suatu keputusan yang bijak pula serta mampu berkorban untuk melancarkan segala kegiatan yang ditanganinya.
Seorang pemimpin juga harus memiliki pendirian sehingga ia tidak mudah untuk dipengaruhi oleh sekelompok orang yang berfikir atas kepentingan mereka sendiri. Bukan berarti menjadi pemimpin tidak mendengarkan bawahan atau anggotanya, tetapi hendaknya pemimpin tersebut dapat menerima dan mempertimbangkan segala masukan yang diterimanya.
Pesan buat semua pemimpin yang ada jadilah pemimpin yang sebenar-benarnya memimpin agar segala tujuan yang diinginkan dapat tercapai .
,

Kamis, 23 Desember 2010

Liburan yang Tak Biasa

Sejak kecil aku sering berlibur di tempat-tempat wisata di Medan dengan keluargaku. Banyak tempat wisata di daerah tempat tinggalku yang  sudah kudatangi. Namun, ada beberapa yang belum aku kunjungi hingga sekarang seperti Danau Toba. Sejak aku beranjak ke usia remaja aku sangat ingin pergi ke Danau Toba karena hampir semua teman-temanku pernah kesana bahkan lebih dari sekali. Sering ada ajakan untuk pergi rombongan ke Danau Toba, Tapi aku selalu tidak mendapatkan izin dari orang tuaku.
Hingga setelah aku pindah ke Aceh aku juga belum pernah ke Danau Toba. Ironis sekali aku rasa ”masa’ orang medan gak pernah ke Danau Toba” itulah yang selalu ada dibenakku.
Namun keinginanku terkabul karena pada hari Jum’at, 3 Desember 2010 aku bersama rombongan temanku (anak Aceh) pergi ke Danau Toba. Hari itu aku benar amat senang sekali karena keinginanku untuk mengunjungi Danau Toba tercapai. Selama ini aku hanya mendengar cerita-cerita dari teman-temanku, menonton acara liburan di telivisi dan membaca cerita tentang segala hal tentang Danau Toba.

Hari itu kami berangkat dari Banda Aceh pukul 21:00 WIB. Hari terasa sangat panjang karena kami harus duduk di Bus selama kurang lebih 15 jam. Namun,keceriaan teman-temanku membuat aku lupa akan sakitnya pantatku duduk di dalam bus selama itu. Banyak teman –temanku yang tak sabar ingin cepat sampai. Mereka selalu bertanya kepadaku ” dah nyampe mana Ros? Berapa jam lagi sampai?”. Mereka seperti anak balita yang saking senengnya diajak pergi berlibur dan penasaran karena tidak sampai-sampai ke tujuan. Jujur, geli aku mendengarnya karena sebenarnya aku juga tidak terlalu faham jalan di Sumatra Utara. Aku hanya mempunyai sedikit informasi tentang perjalanan, itupun setelah aku bertanya kepada mamaku yang sudah pernah pergi kesana berkali-kali.
Sesampainya di Danau Toba sekitar pukul dua siang itu, kami menyewa rumah bertingkat tiga yang berada di pinggiran Danau Toba. rumah itu memiliki dua kamar mandi dan sepuluh kamar sederhana yang hanya berisikan satu tempat tidur di dalamnya. Air disana sangat dingin hingga terasa menusuk ke badan ketika kita menggunakan air tersebut. Aku tidur dengan temanku yang sakit  saat kami tiba di danau toba. Pertama aku merasa agak resah. Aku takut kalau ia akan  bertambah sakit di malam hari atau kerasukan karena aku banyak mendengar cerita mistis tentang daerah itu dari teman-temanku yang pernah kesana. Tapi kutenangkan diriku dengan berfikir positif.
Setelah istirahat sejenak, kami mulai berjalan untuk melihat pemandangan sekitar danau dan mengunjungi toko-toko yang menjual souvenir. Aku dan keempat temanku berpisah dari rombongan untuk berjalan sendiri hingga hari mulai gelap dan keaadaan saat itu gerimis kami kembali ke penginapan.

 Setelah maghrib hujan semakin deras sehingga aku dan rombongan harus mengurungkan niat untuk memuaskan rasa penasaran terhadap tempat itu. Setelah beberapa jam hujan pun berhenti aku dan yang lainnya mulai berjalan mengelilingi daerah sekitar penginapan. Banyak hal yang kami lakukan seperti foto-foto, main bilyard( walaupun tak tahu cara mainnya, he...), dan melihat-lihat apa-apa saja yang kami lewati dengan candaan kami. Hari itu terasa tak ingin berakhir karena aku larut dalam kesenangan saat berjalan-jalan malam di daerah baru bersama teman-teman.


Keesokan harinya kami menyewa Kapal Sihar, sebuah kapal feri yang terbuka untuk pergi ke Pulau Samosir. Kami yang saat itu berjumlah 35 orang duduk di atas kursi yang terbuat dari besi tersusun rapi di atas kapal. Di atas kapal kami asyik memandangi pegunungan di depan kami sambil mengambil banyak gambar untuk kenang-kenangan. Pegunungan yang hijau itu sangat mempesona ditambah dengan adanya pemandangan seperti dua air terjun yang aku kira itulah air terjun Sipiso-piso dan air terjun Sigura-gura. Namun, belakangan aku mengetahui bahwa itu hanyalah aliran air yang berasal dari gunung(alur). Dari belakang kapal aku juga dapat melihat hamparan homogen yang hanya berisi satu ,macam pohon di dalamnya. Panorama yang kami lihat di kapal benar-benar menyegarkan mata.
Sesampainya kami di Pulau Samosir, kami langsung dapat melihat sebuah tugu yang bergambarkan lima jenis suku Batak yaitu; Batak Toba, Batak Pak-pak(Dairi), Batak Karo, Batak Mandailing, dan Batak Simalungun. Kami berfoto ria di tugu itu. Setelah itu, kami mulai berjalan ke desa Tomok. Banyak orang-orang berjualan baju, pernak-pernik dan souvenir lainnya di sepanjang jalan yang kami lewati. Harga yang ditawarkan di kedai-kedai tersebut relatif lebih murah dibandingkan dengan harga barang-barang yang ada di kedai-kedai di dekat penginapan kami.
Di desa Tomok kami berfoto ria dengan patung Sigale-gale yang saat itu dalam posisi diam tak bergerak. Kata seorang bapak yang duduk di sekitar tempat itu, kami dapat melihat patung Sigale-gale menari selama 15 menit apabila kami mau membayar uang sebesar enam puluh ribu rupiah. teman-temanku tidak mau melihat patung itu menari karena takut padahal aku sangat ingin melihatnya.  Setahuku kita dapat melihat dengan gratis patung Si gale-gale akan menari dengan sendirinya setiap ada upacara adat. Menurut temanku yang pernah melihatnya ada sesuatu yang berbau mistis dengan patung tersebut. Selain itu, aku dan beberapa temanku juga mengunjungi makam Raja Sidabutar. Di makam raja itu kami diceritakan tentang sejarah Pulau Samosir, Desa Tomok, Raja Sidabutar dan tentang sejarah benda-benda dan patung-patung yang ada di sekitar makam Raja tersebut oleh seorang bapak tua yang kami panggil opung ( panggilan untuk kakek dalam Bahasa Batak).
Setelah sejam berjalan dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di desa Tomok kami kembali ke penginapan kami dengan kapal yang sama. Di tengah perjalanan kami melihat Batu Gantung sebuah batu yang menyerupai anak kecil terletak di tengah-tengah tebing yang terjal. 


Sepulang dari Pulau Samosir kami bergegas untuk kembali ke Medan. Perjalanan kami di Danau Toba telah selesai. Aku puas dengan apa yang telah aku lihat dan rasakan. Akhirnya keinginanku melihat dan berfoto dengan patung sigale-gale tercapai walaupun belum sempat melihatnya menari. Semua anggota Rombongan yang ikut dalam perjalanan itu merasa puas terutama aku. Bagiku perjalananku ke Danau Toba ini benar-benar tidak terlupakan.

Kamis, 02 Desember 2010

my ambition

I am now studying English in teacher training and education faculty of Syiah Kuala University. I learn many things about English in my study even since I was in the first grade of junior high school I have learned it in a course. I really like English especially for speaking skill.  I always try to improve my fluency in speaking not only from my college but also from other places. While I am studying in a university, I also join with Cinta Baca English club in order to practice my English with foreigner guest. Furthermore I am a volunteer in coast to coast library in order to make a good relation with guess lecturers who take in charge, so I can increase my ability in speaking. Moreover, I work part time in Yayasan Lamjabat as Ujung Pancu Information and education Centre community assistant in order to add knowledge and experience. Besides learning many things there, I also can communicate with foreigner guess or the technical advisor of Yayasan Lamjabat who is British. All those efforts I do in order to encourage myself in studying.
I really want to be an adventure reporter in my life. In gaining my ambition, I have to be able speak in as many language as I can. As a student in English department I have to master English as an International language which many people use it in this era.
 I always dream to study in the US to improve my English. By studying in the US, I can understand directly about many things there such as; food, culture, habitual, etc. If I have that opportunity I will appreciate it and try my best.